NAMA :
1. ADELINA AYU A (10514207)
2. DIMAS FEBRIANSYAH (13514098)
3. DEVIA HIRA W (12514840)
4. MUTIA RAMADAYU (17514676)
KELAS : 3PA17
Mengapa Psikoterapi dalam Psikoanalisis
menganalisa Psikopatologis berdasarkan perkembangan Psikoseksual ?
Apa yang di maksud dengan Psikoterapi ? Menurut Wolberg (dalam Gunarsa, 2007) psikoterapi
adalah suatu bentuk dari perawatan (treatment) terhadap masalah –
masalah yang dasarnya emosi, dimana seorang yang terlatih dengan saksama
membentuk hubungna profesional dnegna pasien dengan tujuan memindahkan,
mengubah atau mencegah munculnya gejala dan menjadi perantara untuk
menghilangkan pola – pola perilaku yang terhambat serta meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan positif dari kepribadiannya. Teknik
tersebut berupa psikoanalisis, humanistik, perilakuan, gestalt, analisis
transaksional, rasional – emotif dan realitas.
Seperti yang kita tahu, salah satu tokoh
psikoanalisis adalah Sigmund Freud (1856-1939). Sigmund Freud memandang
psikopatologi sebagai masalah dalam perkembangan, yaitu terganggunya
kepribadian individu pada saat melewati tahap – tahap psikoseksual. Paradigma psikoanalisis bisa dikatakan paling populer
dalam bidang psikopatologi dan terapi. Sigmund Freud (1856-1939) yang dianggap
sebagai bapak psikoanalisa membagi jiwa ke dalam tiga bagian prinsipil, yaitu :
id, ego, dan superego. Id hadir sejak
kelahiran manusia yang menjadi bagian dari kepribadian yang membangun semua
energi yang menggerakkan jiwa. Id memiliki dua insting, yaitu Eros dan Thanatos. Eros adalah
kekuatan integratif hidup yang disebut libido atau energi seksual yang bergerak
di atas prinsip kesenangan (pleasure principle). Ketika memasuki usia enam
bulan, bagian kedua kepribadian tumbuh dalam diri manusia yang disebut ego. Tugas utamanya adalah berhubungan
dengan realitas melalui fungsi – fungsi perencanaan dan membuat keputusan.
Jadi, ego bergerak di atas prinsip kenyataan (reality principle). Bagian ketiga
dari kepribadian adalah superego yang
membawa standar moral masyarakat. Superego berkembang melalui resolusi dari
konflik oedipal yang secara umum hal ini ekuivalen dengan apa yang disebut
sebagai nurani atau kata hati (conscience).
Freud memandang psikopatologi sebagai masalah
dalam perkembangan, yaitu terganggunya kepribadian individu pada saat melewati
tahap-tahap psikoseksual. Bagi Freud, perkembangan kepribadian sebagai sesuatu
yang komulatif, sehingga gangguan pada masa awal perkembangan akan menjadi
peristiwa traumatik yang berpengaruh sampai individu dewasa. Psikopatologi
menurut psikoanalisis ada beberapa jenis yaitu : histeria, fobia, obsesi – kompulsif,
depresi, dan ketagihan obat (Alwisol, 2005).
a.
Histeria
Histeria merupakan gangguan fisik misalnya
lumpuh, tuli, buta, dst. Yang penyebabnya bukan faktor jasmaniah tetapi faktor
kejiwaan. Menurut Freud hysteria merupakan transformasi dari konflik – konflik
psikis menjadi malfungsi fisik.
b.
Fobia
Fobia adalah ketakutan yang tidak realistis.
Freud memandang gangguan ini sebagai dampak dari kecemasan yang dialihkan, bisa
berupa kecemasan yang berkaitan dengan impuls seksual maupun kecemasan akibat
peristiwa traumatis.
c.
Obsesi –
kompulsif
Obsesi adalah ide tertentu yang selalu
melekast pada diri seseorang sedangkan kompulasi adalah dorongan (bersifat
paksaan dari dalam) untuk melakukan tindakan tertentu yang sebenarnya tidak
perlu secara berulang – ulang.
d.
Depresi
Depresi merupakan gangguan jiwa dengan gejala
– gejala perasaan tidak mampu, tidak berguna dan berharga. Menurut Freud,
depresi berakar pada kehilangan cinta berkenaan dengan oedipus complex sehingga
dia marah pada diri sendiri.
e.
Ketergantungan
pada alkohol dan obat – obatan
Menurut Freud ketergantungan seseorang pada
alkohol maupun obat – obatan di latar belakangi oleh instink kematian (thanatos) yang ada pada orang yang
bersangkutan.