Jumat, 28 April 2017

Psikoterapi #Tugas 2

NAMA        :  1. ADELINA AYU A (10514207)
                      2. DIMAS FEBRIANSYAH (13514098)
                      3. DEVIA HIRA W (12514840)
                      4. MUTIA RAMADAYU (17514676)

KELAS       : 3PA17


Mengapa Psikoterapi dalam Psikoanalisis menganalisa Psikopatologis berdasarkan perkembangan Psikoseksual ?

Apa yang di maksud dengan Psikoterapi ?  Menurut Wolberg (dalam  Gunarsa, 2007) psikoterapi adalah suatu bentuk dari perawatan (treatment) terhadap masalah – masalah yang dasarnya emosi, dimana seorang yang terlatih dengan saksama membentuk hubungna profesional dnegna pasien dengan tujuan memindahkan, mengubah atau mencegah munculnya gejala dan menjadi perantara untuk menghilangkan pola – pola perilaku yang terhambat serta meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan positif dari kepribadiannya. Teknik tersebut berupa psikoanalisis, humanistik, perilakuan, gestalt, analisis transaksional, rasional – emotif dan realitas.

Seperti yang kita tahu, salah satu tokoh psikoanalisis adalah Sigmund Freud (1856-1939). Sigmund Freud memandang psikopatologi sebagai masalah dalam perkembangan, yaitu terganggunya kepribadian individu pada saat melewati tahap – tahap psikoseksual. Paradigma psikoanalisis bisa dikatakan paling populer dalam bidang psikopatologi dan terapi. Sigmund Freud (1856-1939) yang dianggap sebagai bapak psikoanalisa membagi jiwa ke dalam tiga bagian prinsipil, yaitu : id, ego, dan superego. Id hadir sejak kelahiran manusia yang menjadi bagian dari kepribadian yang membangun semua energi yang menggerakkan jiwa. Id memiliki dua insting, yaitu Eros dan Thanatos. Eros adalah kekuatan integratif hidup yang disebut libido atau energi seksual yang bergerak di atas prinsip kesenangan (pleasure principle). Ketika memasuki usia enam bulan, bagian kedua kepribadian tumbuh dalam diri manusia yang disebut ego. Tugas utamanya adalah berhubungan dengan realitas melalui fungsi – fungsi perencanaan dan membuat keputusan. Jadi, ego bergerak di atas prinsip kenyataan (reality principle). Bagian ketiga dari kepribadian adalah superego yang membawa standar moral masyarakat. Superego berkembang melalui resolusi dari konflik oedipal yang secara umum hal ini ekuivalen dengan apa yang disebut sebagai nurani atau kata hati (conscience).

Freud memandang psikopatologi sebagai masalah dalam perkembangan, yaitu terganggunya kepribadian individu pada saat melewati tahap-tahap psikoseksual. Bagi Freud, perkembangan kepribadian sebagai sesuatu yang komulatif, sehingga gangguan pada masa awal perkembangan akan menjadi peristiwa traumatik yang berpengaruh sampai individu dewasa. Psikopatologi menurut psikoanalisis ada beberapa jenis yaitu : histeria, fobia, obsesi – kompulsif, depresi, dan ketagihan obat (Alwisol, 2005).

a.       Histeria
Histeria merupakan gangguan fisik misalnya lumpuh, tuli, buta, dst. Yang penyebabnya bukan faktor jasmaniah tetapi faktor kejiwaan. Menurut Freud hysteria merupakan transformasi dari konflik – konflik psikis menjadi malfungsi fisik.

b.      Fobia
Fobia adalah ketakutan yang tidak realistis. Freud memandang gangguan ini sebagai dampak dari kecemasan yang dialihkan, bisa berupa kecemasan yang berkaitan dengan impuls seksual maupun kecemasan akibat peristiwa traumatis.

c.       Obsesi – kompulsif
Obsesi adalah ide tertentu yang selalu melekast pada diri seseorang sedangkan kompulasi adalah dorongan (bersifat paksaan dari dalam) untuk melakukan tindakan tertentu yang sebenarnya tidak perlu secara berulang – ulang.

d.      Depresi
Depresi merupakan gangguan jiwa dengan gejala – gejala perasaan tidak mampu, tidak berguna dan berharga. Menurut Freud, depresi berakar pada kehilangan cinta berkenaan dengan oedipus complex sehingga dia marah pada diri sendiri.

e.       Ketergantungan pada alkohol dan obat – obatan
Menurut Freud ketergantungan seseorang pada alkohol maupun obat – obatan di latar belakangi oleh instink kematian (thanatos) yang ada pada orang yang bersangkutan.